Minggu, 31 Januari 2010

LIMA PERAN KEPALA SEKOLAH

Oleh : Subagio,M.Pd.
(Kepala SMPN 2 Cibeureum)
Kepala sekolah saat ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan baru untuk memimpin secara efektif baik dari sisi biaya maupun wewenang. Untuk itu menurut Administrator Pendidikan Iowa State profesor dan penulis blog Dangerously Irrelevant, Scott McLeod menyatakan "jika para kepala sekolah tidak mengerti, maka semua itu tidak akan terjadi". Untuk "terjadi", saat ini para kepala sekolah harus mempunyai peran sebagai visioner, agen perubahan, kepala di bidang pendidikan, role model dan manajer.
Jika kita benar-benar berkomitmen untuk mempersiapkan siswa kita untuk masa depan, penting bagi para kepala sekolah untuk melihat cakrawala untuk memproyeksikan bagaimana teknologi akan mengubah lanskap pendidikan dalam waktu yang tidak begitu jauh di masa depan. Visioner melihat ke masa depan, sementara futuristik mempromosikan berpikir dengan anggota komunitas sekolah dan memiliki kemampuan untuk menghubungkan ide-ide dari industri dan bidang lain untuk pendidikan. Jadi tunggu apa lagi jadikan sekolah anda lingkungan pembelajar, hingga semua orang bersedia dan mau belajar dan belajar kembali (learn and relearn)
Pemimpin adalah manusia, tetapi tidak semua manusia adalah pemimpin. Kepala sekolah adalah sosok manusia yang idealnya memiliki visi, mampu memberikan inspirasi & motivasi, serta kompeten ( Kouzes & Posner ) . Dimana tidak ada visi, masyarakat menjadi liar, anarkis, dan kacau balau. Sebab dimana tidak ada visi, di sana sesungguhnya tidak ada pemimpin ( Andrias Harefa ). Substansinya adalah organisasi tidak akan pernah berjalan dengan baik tanpa visi yang mampu memberikan inspirasi, membangkitkan motivasi, melejitkan antusiasme untuk berkarya, menanamkan nilai-nilai perjuangan dan kerja keras yang luar biasa hebat.
Untuk menjadi seorang kepala sekolah yang visioner, maka kita dapat belajar pada perjalanan hidup seorang Henry Ford, Bill Gates, Nelson Mandela, dan Soekarnao-Hatta. dalam sejarah bisnis, visi Ford menggerakkan "rakyat" dalam industri otomotif, pertama-tama di Amerika, tetapi juga berdampak ke banyak negara lainnya. Visi Bill Gates membangkitkan "rakyat" Microsoft dan membawa mereka menjadi sebuah korporat piranti lunak raksasa, menguasai sekitar 80 persen pangsa pasar software dunia pada hari ini. Visi Nelson Mandela tentang masyarakat Afrika Selatan yang terbebas dari cengkeraman rasialisme yang tidak manusiawi telah membuatnya tahan menderita di penjara selama 27 tahun.
Visi Soekarno-hatta di tahun 20-an tentang Indonesia merdeka telah memberi makna pada jiwa mereka ketika harus dibuang dan diasingkan tanpa alasan yang rasional. Dan, ketika visi Indonesia merdeka itu telah menjadi visi bersama, maka harapan pun datang bagai badai disertai gelegar keberanian yang gegap gempita, sehingga tak lagi mampu dibendung oleh kolonialisme Belanda. Kecerdasan pemakan keju yang dilengkapi dengan berbagai senjata modern, ternyata tak mampu membunuh visi bersama miliki bangsa pemakan singkong yang cuma punya bambu runcing untuk memperjuangkan harkat dan martabatnya sebagai bangsa.
Tanpa visi, seorang pemimpin akan kehilangan motivasi untuk berjuang dalam berkarya, dan akan kehilangan keberanian untuk memperjuangkan visinya agar dapat memberikan kebermanfaatan bagi umat manusia. Yang paling penting, sitem organisasi akan berjalan tak tentu arah, potensi diri bawahan tak terbedayakan, dan keberadaan dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin mencerminkan sosok yang "tidak berdaya"
Banyak sekali model perubahan hasil penelitian yang ada di buku maupun sumber-sumber lain. Silahkan menggunakan yang paling cocok untuk sekolah anda. Seperti kita ketahui, mengelola perubahan sama saja dengan mengelola sumber daya manusia yang ada di sekolah kita. Agen perubahan yang cerdas akan dengan gigih berpatokan pada satu model yang dianggapnya benar sambil tetap terbuka dan membangun saling pengertian dengan guru, siswa dan orang tua, dan terus berusaha dalam jangka panjang. Semua elemen yang ada di sekolah harus memahami proses ini. Pemahaan ini berasal dari diskusi dan dialog terbuka bahwa kepala bosa memulai dan memimpin perubahan. Guru adalah agen perubahan. Di manapun guru berada dia harus dapat membawa perubahan bagi masyarakat di sekelilingnya. dia harus mampu menjadi motivator dan fasilitator bagi anak didiknya agar mampu menguasai ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Karena itu belajar sepanjang hayat jelas harus dilakukan terus menerus oleh seorang guru. Jangan sampai ada guru yang benar-benar "jadul" di tengah derasnya arus informasi dan komunikasi ini.
Para kepala sekolah harus selalu menjadi seorang pemimpin di bidang pendidikan, tetapi di abad 21 ini kepala sekolah mesti mengerti apa yang efektif dalam penggunaan sumber-sumber belajar, teknologi, dan praktek terbaik dalam belajar-mengajar dan ia sadar betul bahwa tujuan siswa datang ke sekolah adalah untuk belajar. kepala sekolah yang berhasil selalu berusaha menggali informasi dari manapun. karenanya seberapapun banyaknya perubahan, sejatinya tujuan belajar dan mengajar tidak berubah karena secara fundamental tetap sama. Kepala sekolah yang baik harus terlebih dahulu mengetahui kurikulum dan kemudian menggunakan pendekatan strategi lain untuk membuat kurikulum bisa berjalan dengan efektif di lapangan. Kepala sekolah harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru tentang tujuan mereka, proses yang mereka lakukan dan produk pembelajaran yang dihasilkan.
Kepala sekolah bukan satu-satunya determinan bagi efektif tidaknya suatu sekolah karena masih banyak faktor lain yang perlu diperhitungkan. Ada guru yang dipandang sebagai faktor kunci yang berhadapan langsung dengan para peserta didik dan masih ada lagi sejumlah masukan instrumental dan masukan lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran. Namun, kepala sekolah memainkan peran yang sangat penting (Lightfoot, 1983:lihat juga telaahan mutakhir trends & issues manajemen pendidikan yang dikompilasi dalam ERIC,2002). Kepala sekolah bukan manajer sebuah unit produksi yang hanya menghasilkan barang mati, seperti manajer pabrik yang menghasilkan sepatu, misalnya. Lebih dari para manajer lainnya, ia adalah pemimpin pendidikan yang bertanggungjawab menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan anggotanya mendayagunakan dan mengembangkan potensinya seoptimal mungkin. Dalam lingkungan sperti itu, para guru dan peserta didik termotivasi untuk saling belajar, saling memotivasi, dan saling memberdayakan, suasana seperti itu memeri ruang untuk saling belajar melalui keteladanan, belajar bertanggungjawab, serta belajar mengembangkan kompetensi sepenuhnya, bukan sekedar kompetensi kognitif. Kepala sekolah seharusnya berada di garda paling depan dalam hal peneladanan, pemotivasian, dan pemberdayaan itu. Apakah ini barang baru? Sama sekali tidak karena jauh sebelumnya Ki Hadjar Dewantara telah berujar dengan pernyataannya yang terkenal itu: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani. Sebenarnya pekerjaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolahnya tidak pernah ringan. Sudah sekian lama birokrasi pemerintahan negara kita tidak banyak membantu kepala sekolah mengatasi kerumitan itu. Sudah sejak lama pula para kepala sekolah berhadapan dengan situasi di mana mereka lebih banyak tergantung pada konteks dan periferal pekerjaannya. Mereka sering berada pada posisi nirdaya dalam situasi ketika pemimpin mereka benar-benar diperlukan. Oleh sebab itu, diperlukan paradigma baru untuk menanggalkan ketergantungan yang selama ini telah memerangkap para kepala sekoah yang sebagian sebenarnya mungkin telah bekerja dengan serius. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dipandang banyak pihak dapat memberi ruang gerak lebih longgar bagi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu sekolahnya. Konsepnya bagus karena MBS adalah strategi untuk meningkatkan kemandirian para pengelola pendidikan dengan memindahkan wewenang pengambilan keputusan penting dari pemerintah pusat dan daerah ke level paling operasional, yaitu sekolah. hasilnya masih belum jelas karena penerapannya ternyata juga masih harus menunggu kerelaan birokrasi pendidikan (daerah dan pusat) untuk mendelegasikan powernya.
sementara para kepala sekolah lain bekerja untuk meningkatkan tugas-tugas administrasi saja, saat yang sama kepala sekolah yang cerdas mampu melakukan "walk the talk" dan menunjukkan bahwa dia bersedia untuk belajar dan mengambil resiko dengan teknologi baru atau strategi pembelajaran yang baru. Jika sekolah berusaha menerapkan hal yang baru baik itu teknologi maupun hal lain, kepala sekolah mesti bisa menjadi contoh untuk mau mencoba dan menerapkannya dalam tugas keseharian mereka. Dengan demikian guru, siswa semuanya mendapat contoh tentang bagaimana berubah.
Tidak ada Kepala sekolah yang ahli dalam semua bidang, begitu pula guru-guru yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah yang jempolan bisa mendistribusikan arus pengetahuan di sekolahnya hingga yang terjadi sekolah bisa menjadi 'sebuah komunitas pembelajar yang profesional'. Misalnya dengan mengadakan sesi khusus yang disitu guru bisa saling mengajarkan hal baru satu sama lain. Bidangnya bisa apa saja dari teknologi sampai strategi belajar mengajar yang terbaru.
Banyak tugas guru yang harus dijalankan sebagai kepala sekolah, karena sekolah merupakan kehidupan yangserba dinamis dan persoalan selalu ada tidak kenal waktu dan tempat. apakah persoalan menyangkut kurikulum, guru, anak didik, orang tua/wali, komite sekolah, masyarakat setempat, bahkan sorotan dari opini publik dan belum lagi berbagai krisis dekadensi moral dikalangan anak didik. Untuk mengimbangi krisis yang ada, kepala sekolah tidak hanya dituntut sebagai edukator, negosiator dan administrator, melainkan juga harus berperan sebagai manajer dan supervisor yang mampu menerapkan manajemen bermutu.
Indikasinya ada pada iklim kerja dan proses pembelajaran yang konstruktif, berkreasi serta berprestasi. Dan inilah sebenarnya menjadi visi, misi dan strayegi bagi kepala sekolah di dalam menjalankan fungsinya bersama-sama dengan aparat dan stkeholder untuk mewujudkan sekoah bermutu dan akan bermuara kepada pendidikan bermutu.
Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya yang ada dan yang dapat diadakan secara efisien dan efektif untuk mencapai visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab atas jalannya lembaga sekolah dan kegiatannya. Kepala sekolah berada di garda terdepan dan dapat diukur keberhasilannya. Pencapaian visi, misi maupun strategi mesti dijalankan secara bersama, semua sumber daya manusia yang ada harus dilibatkan, dan semuanya bertanggung jawab untuk menjalankan dan mengimplementasikan apa yang sudah digariskan.
tentunya didalam pelaksanaan peran dan tanggungjawab kepala sekoah sebagai manajer sangat besar. Indikator keberhasilan kepala sekolah dapat dilihat dari sejauh mana visi, misi dan strategi yang ada dapat dijalankan sehingga semua yang terlibat dapat melakukannya. Dampak dari semua itu, apa yang disebutkan di atas dapat tercapai.
Pada prinsipnya manajemen sekolah itu sama dengan manajemen yang diterapkan di perusahaan. Perbedaannya terdapat pada produk akhir yang dihasilkan. Yang dihasilkan oleh manajemen sekolah adalah manusia yang berubah. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak berpengalaman menjadi berpengalaman, dari yang tidak bisa menjadi bisa, sehingga menghasilkan SDM yang bermutu. Sedangkan sasaran manajemen perusahaan itu pada kualitas produksi benda-benda mati.
Jadi, manajemen sekolah berandil kuat pada pemebntukan kualitas manusia yang merupakan generasi penerus bangsa. Atensi masyarakat yang telah teralienasikan akibat propaganda wacana teknologi dalam pembelajaran harus segera diobati dengan mengedepankan wacana kualitas kepala sekolah. Realitas sekolah itu dimanage oleh kepala sekolah bukan pada kata-kata para marketer yang mengejar target siswa demi perolehan bonus.
Para ahli melihat bahwa salah satu input strategis bagi langkah maju perusahaan adalah membentuk konsep yang berbasiskan sumber daya manusia demi suatu profitabilitas yang tinggi. Tak ada salahnya konsep ini dipakai di sekolah. Secara sederhana dapat diterjemahkan bahwa keberhasilan sekolah tergantung pada teknik mengelola manusia-manusia yang ada di sekolah untuk suatu keberhasilan yang tak terukur nilainya yaitu pemanusiaan manusia dalam diri peserta didik dan penghargaan bagi rekan-rekan pendidik sebagai insan yang kreatif dan peduli akan nasib generasi penerus bangsa.
Untuk diingat, bahwa keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang ada di sekolah tersebut. Peran kepala sekolah adalah orang utama dan pertama yang bertanggungjawab terhadap maju, mundurnya dan berkembangnya suatu sekolah, maka dari itulah diperlukan kepala sekolah yang benar-benar memahami dan menghayati akan tanggungjawabnya sebagai orang yang didahulukan selangkah dan diangkat setingkat dari keloga-koleganya sesama guru.

KOMPETENSI GURU UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN

Oleh : Subagio,M.Pd.
(Kepala SMPN 2 Cibeureum)
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lain kompetensi adalah spesipikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannnya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru, yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Direktorat jendral Pendidikan dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan nasional menerapkan standar kompetensi guru yang berhubungan dengan (1) Komponen Kompetensu pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan kependidikan(2) Komponen Kompetensi Akademik/ Vokasional sesuai materi pembelajaran (3) Pengembangan profesi. Komponen-komponen Standar Kompetensi guru ini mewadahi kompetensi profesional, personal dan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru. Pengembangan standar kompetensi guru diarahkan pada peningkatan kualitas guru dan pola pembinaan guru yang terstruktur dan sistematis.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai menstranfer ilmunya kepada peserta didik.
Menurut Muhibbin Syah (2004) seperti dikutip Pupuh Fathurohman dan Sobry Sutikno(2007:45-46) ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar yaitu : (1) Menguasai bahan, yang meliputi a) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah; b) Menguasai bahan pendalaman / aplikasi bidang studi (2) Mengelola program belajar mengajar, yang meliputi : a) Merumuskan tujuan instruksional b) Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar; c) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat;d) Melaksanakan program belajar mengajar; e) Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik; f) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remidial; (3) Mengelola kelas, meliputi a) Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran; b) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi; (4) Menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi : a) mengenal,memilih dan mengunakan media; b) membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana;c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam proses belajar mengajar; f) menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan;(5) Menguasai landasan-landasan pendidikan;(6) Mengelola interaksi belajar mengajar; (7) Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran;(8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah; b) Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah; (9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; (10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.