Rabu, 28 Juli 2010

PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

oleh : Subagio,M.Pd.

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis, selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan. Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar keunggulannya masing-masing. Ditengah begitu semangatnya berbagai sekolah mengejar keunggulan teknologi, terbersit satu pertanyaan, ‘sebesar itu jugakah semangat kita untuk mengejar keunggulan karakter siswa-siswa kita?’
Pendidikan karakter tiba-tiba menjadi wacana hangat di dunia pendidikan lndonesia karena pendidikan merupakan proses yang paling bertanggungjawab dalam melahirkan warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan yang baik. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat, positif, dan tangguh; peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya, jika mayoritas karakter masyarakat negatif dan lemah; itu mengakibatkan peradaban yang dibangun pun menjadi lemah (Aan Hasanah, 2009).
Merujuk pada piramida terbalik Maslow, kini saatnya dunia pendidikan mengubah paradigma. Bukan lagi mengarahkan siswa untuk sekadar memiliki keterampilan mengerjakan soal-soal eksakta (IQ), melainkan mendorong siswa untuk dapat mengaktualisasikan dirinya dan memiliki kebiasaan menemukan makna kehidupan.
Sekolah adalah tempat yang sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk membentuk akhlak/karakter siswa. Bahkan seharusnya setiap sekolah menjadikan kualitas akhlak/ karakter sebagai salah satu Quality Assurance yang harus dimiliki oleh setiap lulusan sekolahnya. Tentunya kita semua berharap siswa-siswi yang dididik di sekolah kita menjadi hamba Allah yang beriman, sebagaimana pemerintah kita mencanangkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3. "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab."
Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Sedangkan menurut Imam Ghazali karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan sehingga proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral.
Penanaman pendidikan karakter di sekolah harus mengacu konsep dari Kementerian Pendidikan Nasional. Kemendiknas telah merancang ‘grand design’ pembelajaran pendidikan karakter. Acuan yang telah ditetapkan Kemendiknas terkait pendidikan karakter adalah pengelompokan konfigurasi karakter, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa-karsa. Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional, olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual, olah raga bermuara pada pengelolaan fisik, sedangkan olah rasa bermuara pada pengelolaan kreativitas, keempat konfigurasi penanaman pendidikan karakter tersebut harus terkandung dalam rancangan kegiatan pembelajaran, dan tidak boleh melenceng dari acuan Kemendiknas itu.
Apabila ada rancangan kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan acuan itu, akan mengacaukan dan membelokkan cita-cita besar penanaman pendidikan karakter terhadap siswa.
Proses selanjutnya untuk pengembangan pendidikan karakter adalah kemampuannya untuk melewati tiga tahapan penting, yakni pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan. Tiga tahapan ini tidak boleh diabaikan, pengembangan pendidikan karakter dalam suatu sistem pendidikan tetap harus selalu memperhatikan keterkaitan antar komponen karakter setiap siswa, terutama terkait perilakunya.
Menerapkan pendidikan karakter di sekolah, menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter :
MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik
MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior
Dengan tiga tahapan ini, proses pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan, justru sebaliknya, siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri.
Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:
 Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
 Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
 Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
 Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.
 Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan
 Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran
 Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai
Dari semua komponen sekolah, yang paling berperan mensukseskan program pendidikan berbasis karakter di sekolah, adalah GURU. Tentunya diperlukan GURU BERKARAKTER untuk menghasilkan SISWA BERKARAKTER. Meski diperlukan kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik yang berakhlak dan berkarakter baik tentunya sangat membahagiakan, karena menjadi penyebab seseorang mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan seisinya!
Enam Pilar Pendidikan Karakter
Pendekatan pendidikan karakter tidak mengecualikan siapa pun. Itu sebabnya pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat menyetujui - nilai-nilai yang tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Gunakan poin di bawah ini untuk membantu siswa memahami Enam Pilar.
1. Trustworthiness | Kepercayaan
Jujur • Jangan menipu, menjiplak atau mencuri • Jadilah handal - melakukan apa yang Anda katakan Anda akan melakukannya • Minta keberanian untuk melakukan hal yang benar • Bangun reputasi yang baik • Patuh - berdiri dengan keluarga, teman dan negara
2. Respect | Respect
Bersikap toleran terhadap perbedaan • Gunakan sopan santun, bukan bahasa yang buruk • Pertimbangkan perasaan orang lain • Jangan mengancam, memukul atau menyakiti orang lain • Damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan
3. Responsibility | Tanggungjawab
Selalu lakukan yang terbaik • Gunakan kontrol diri • JDisiplin • Berpikirlah sebelum bertindak - mempertimbangkan konsekuensi • Bertanggung jawab atas pilihan Anda
4. Fairness | Keadilan
Bermain sesuai aturan • Ambil seperlunya dan berbagi • Berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain • Jangan mengambil keuntungan dari orang lain • Jangan menyalahkan orang lain sembarangan
5. Caring | Peduli
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan Anda peduli • Ungkapkan rasa syukur • Maafkan orang lain • Membantu orang yang membutuhkan
6. Citizenship | Kewarganegaraan
Apakah anda berbagi untuk membuat sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik Bekerja sama. Libatkan diri dalam urusan masyarakat. Stayinformed; suara. Jadilah tetangga yang baik. Taatilah hukum dan aturan. Hormati otoritas. Melindungi lingkungan hidup

*) Penulis adalah Kepala SMPN 2 Cibeureum