Kamis, 09 Desember 2010

Motivasi dan Aspek-aspek Pembelajaran

Oleh : Subagio *)

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi adalah kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Ada tiga komponen utama yang sangat berpengaruh dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, (iii) tujuan. Kebutuhan akan terjadi apabila ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Sedangkan tujuan adalah yang ingin dicapai oleh seorang individu dan tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku yaitu perilaku belajar.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanent dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ektrinsiknya adalah adanya penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Aspek-aspek yang terlibat dalam pembelajaran yang meliputi sikap guru, bahan pelajaran, media pembelajaran dan hasil belajar sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar. Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model oleh siswa-siswanya. Para siswa meniru sikap atau tingkah laku guru, yang baik maupun yang buruk. Gaya guru dalam memberi pelajaran juga mempengaruhi suasana kelas dan kegiatan siswa dalam belajar.
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut ialah : (1) Pembelajaran sebagai suatu usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini bermakna bahwa prosees pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. (2) Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.(3) Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang berkesinambungan.(4) Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sustu tujuan yang ingin dicapai. (5) Pembelajaran merupakan suatu pengalaman.
Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah merupakan proses menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali inforrmasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran.
Yang dimaksud dengan transfer dalam pembelajaran ialah pemindahan hasil pembelajaran dari suatu situasi kee situai lain. Transfer akan terjadi apabila terdapat kesamaan antara pembelajaran yang satu dengan situasi lainnya. Dalam proses pembelajaran kebutuhan merupakan sumber timbulnya motivasi. Kebutuhan (need) dapat diartikan sebagai suatu sitiasi kekurangan dalam diri inividu dan menunutut pemuasan agar dapat berfungsi secara efektif. Kebutuhan merupakan sumber timbulnya motivasi yang mendorong individu untuk berperilaku.
Dengan perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, maka proses belajar-mengajar diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai karakteristik sebagai: (1) pribadi yang mandiri, (2) pelajar yang efektif, (3) pekerja yang produktif, (4) anggota masyarakat yang baik. Untuk mewujudkan kualitas manusia seperti itu, maka ada empat kulitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri pada siswa, yiatu: (1) belajar untuk menjadi (learning to do), (2) belajar untuk belajar (learning to learn), (3) belajar untuk berbuat (learning to do), (4) belajar untuk hidup bersama (learning to live together)
Perilaku mengajar guru, guru dituntut arus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar menjadi perilku belajar yang efektif dalam diri siwa. Guru juga di tuntut untuk menciptakan situasi belajar-mengajar yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, pengevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar.
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tepat, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah: (1) Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelaajaran yang diajarkannya. (2) Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian ddan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat. (3) Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar. (4) Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada pesrta didik. (5) Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya, baik isi maupun metode. (6) Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dam metode dan teknik.
Guru akan mengajar dengan baik apabila memiliki sikap dasar yang benar, sasaran yang benar, informasi faktual yang diperlukan, memahami macam-macam metoda dan teknik dan mengetahui bagaimana memilihnya, membantu siswa dalam merencanakan tindak lanjut
Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar akan nampak pada interaksi antar keduanya. Dalam interaksi ini terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-kurangnya ada tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses belajar, metode mengajar, dan pola-pola interaksi. Model pembelajaran yang dipandang cukup komprehensif yang dikembangkan oleh Ernest Chang dan Don Simpson, “The circle of learning: individual and Group Process” menurut model ini, pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual, akan tetapi dapat dalam bentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok. Model ini mendasarkan atas paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi. Dalam proses berlangsungnya pembelajaran ada dua dimensi yaitu dimensi aktivitas pembelajaran dan dimensi orientasi proses. Hubungan dua dimensi itu menghasilkan empat pola pembelajaran yaitu: (1) traditional lectures atau ceramah tradisional, (2) self study atau belajar mandiri, (3) concurrent learning atau pembelajaran bersama, (4) colaborative learning atau pembelajaran kolaboratif.


*) Penulis adalah Kepala SMPN 2 Cibeureum Kab. Kuningan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar